Pages

Wednesday 23 February 2011

Menanti Belahan Jiwa.

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah sebahagian daripada sketsa hidup dan kehidupan kita sekalian hamba di dunia ini. Titisan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan hingga mencipta keresahan dan kebimbangan. Kedukaan kerana kerinduan yang teramat sangat dalamnya menyebabkan kepedihan yang menyesakkan ruang dada. Jiwa yang rapuh pun mengadu, berkeluh-kesah pada alam serta isinya, bertanya di manakah pasangan jiwa berada. Lalu hati mencipta serpihan kegelisahan, bagai anak kecil yang kehilangan ibunya.

Sunday 20 February 2011

Mengapa harus bersedih.

Allah benar janji-Nya. Allah telah menentukan sesuatu. Yang hilang tidak bermakna binasa.
Yang pergi tidak bermakna kita hilang segala.
Kalau kita ukur - banyak mana yang Allah ambil, dibanding dengan banyak mana yang Allah telah beri kepada kita. 
Firman Allah:
"Kalau kita cuba hitung nikmat Allah, nescaya tidak akan terhitung banyaknya." - Ibrahim 14:34
Mata, telinga, mulut, kaki dan sebagainya. Harta yang melimpah ruah. Pandang yang sekitarmu. Apa yang kurang?
Tidak ada apa yang kurang, saudara. Rumah, kereta, isteri, anak-anak, segalanya cukup.
Dan apabila musibah menimpa, Allah tarik balik sedikit sahaja dari kurnia-Nya, mengapa harus berdukacita?
Mengapa harus bersedih? Bukankah itu petanda bahawa Allah mungkin menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik?
Allah tarik sesuatu untuk  Allah berikan sesuatu yang lain. Tidak mustahil. 
Berlapang dada kepada Allah, bahawa Allah menentukan segalanya. Yakinlah.
Firman Allah:
"Jangan takut, jangan berdukacita." - Al-Ankabut 29:33
Kadang-kadang manusia merasa dukacita kerana beban hidup yang terlalu banyak. Penyakit yang menimpa.
Masalah keluarga yang banyak. Masalah anak, masalah isteri, masalah jiran, masalah kerja, masalah kereta, masalah itu dan sebagainya.
Maka dia bersedih, dia berdukacita, jiwanya tertekan.
Mengapa harus bersedih? Bukankah hidup ini penuh dengan perjuangan mengatasi segala masalah?
Hidup bermakna kita berdepan dengan masalah.
Orang yang tidak mahu berdepan dengan masalah maka dia tidal layak untuk hidup di dunia ini.
Masalah yang besar yang tetap akan kita hadapi ialah hasutan iblis dan syaitan. Tidak ada masalah yang lebih besar daripada itu. 
Mungkin kita merasakan bahawa masalah anak yang terlalu menekan.
Anak kita nakal, anak kita degil, anak kita tidak mendengar cakap, anak kita suka melawan, dan sebagainya.
Saudara, bukankah itu mengajak kita berusaha berjihad mendidiknya?!
Dan setiap didikan kita kepada anak kita akan diberikan pahala oleh Allah SWT. Lantas berusahalah untuk mendidiknya, mengajarnya, mengasuhnya, dengan cara yang terbaik.
Apakah ada masalah yang lebih besar di dunia ini daripada masalah berdepan dengan hasutan syaitan, dengan iblis?
Syaitan yang sentiasa mengajak kita untuk melakukan kejahatan, syaitan yang sentiasa mengajak kita untuk melakukan maksiat.
Itu masalah yang besar. Sebab itu mujahadatun-nafsu -- melawan nafsu, melawan syaitan, melawan iblis, itu adalah asas kepada perjuangan jihad manusia di muka bumi ini.
Iblis bersumpah dengan Allah SWT bahawa dia akan mengganggu Bani Adam, dia akan menggoda Bani Adam, dia akan menyesatkan Bani Adam. Mereka akan berusaha melakukan itu secara berterusan, sejak kita kecil, dewasa hingga kembali kepada Allah SWT.
Ini masalah yang perlu kita hadapi. Adapun selain daripada itu anggaplah ia asam garam kehidupan.
Masalah yang kita lalui mematangkan jiwa kita, mematangkan akal kita, mematangkan peribadi kita.
Akhirnya orang yang sudah banyak melalui masalah, dia menjadi manusia yang tenang, kerana dia rasa lapang dengan segala penyelesaian yang dia hadapi.
Yakinlah dengan sebarang masalah diserahkan kepada Allah. Kita setakat berusaha, Allah jua yang menentukan.

Titipan buat wanita.

"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."
Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.
Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.
Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.
Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?
Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.
Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?
Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.
Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.
Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.
Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.
Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.
Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dibazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.
Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari redha Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.
Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.
Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.
Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.
Yang dicari walau bukan putera raja, biarlah putera Agama.
Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.
Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.
Yang diharap, bukan jihad pada semangat, asal perjuangannya ada matlamat.
Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini serikandi dengan silam yang kelam.
Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.
Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku redha ketetapan Illahi..
Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga redha Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.
Sumber Grafik: Budie Herfian